Links

+ Nofriza's Blogger
+ Muslim Blogger Indonesia
+ Koleksi Puisiku
+ Constantio Community
+ Nindiyasari's Personal Website
 

SPONSOR









Powered by Blogger

 
Thursday, June 09, 2005

Keluhan Dita pada Tuhan (Bagian I)

Aku kembali ke kuburan hatiku, merenung disana. Mencoba mengunjungi satu demi satu memeori yang telah ku kubur dalam-dalam ada sebuah kuburan yang masih menggangga dengan sebuah peti mati yang masih belum tertutup. ada ketidak ikhlasan aku menutupnya. Dan tepat disebelahnya aku menyediakan sebuah kuburan dengan peti yang masih berada diluar tetapi figura itu tertutup rapat-rapat di dalamnya, dengan foto yang aku ingin kubur untuk selamanya. Dan keraguan itu pun membuat otakku tak bisa bekerja dengan normal.

Tanpa ragu aku pun mengambil peti kecil itu dalam kuburnya, kutaruh di sampingnya dan kembali aku memeluk foto itu. foto dengan figura cantik yang ketika aku mengambil satu foto akan muncul foto lain tentang dirinya yang membuatku sadar.
"Tuhan aku masih belum bisa mengubur perasaan ini, entah dia yang disana yang kukira bisa membuat aku tak akan membuka satu demi satu graveyard ini ataukah keinginanku untuk bisa terus semu mencintainya."

Seakan jalan hidupku terus merupakan sebuah permainan yang tak akan pernah ada habisnya, aku berharap Tuhanpun mengerti kegundahanku. Aku membiarkan kedua peti itu berada diluar kuburannya. Tapi aku merebut semua cintaku yang lalu, walau itu tak bisa kugapai.
"Tuhan terima kasih kau tak biarkan hatiku menguburnya, mungkin jika aku telah menguburnya disaat kegalauan ini menerjangku aku tak miliki pegangan dan sebuah wajah untuk aku merasa punya teman."

Aku bersuara pada Tuhan semalam, mengibaskan diriku dalam kedukaan paling dalam, dalam kamar gelap yang sengaja untuk membuatku merasa nyaman untuk merenung. Dan aku pun hanya bisa menemukan wajah itu lagi.
"Tuhan, aku tak mungkin memilikinya, seperti layaknya ia tak mungkin memilikiku.... Rasa ini beda, dan jalan kamipun beda."
Aku mencoba memejamkan mata, tapi senyum tipisnya membuatku kembali terhenyak
"Tuhan, jangan siksa hatiku. Aku ingin lepas dari semuanya, kala aku miliki pegangan yang seakan bisa kupegang, tetapi mengapa kau membiarkan itu semu, sebuah sandaran penuh bayang-bayang, dan kenapa harus aku kembali mengorek rasa yang ingin
aku kubur, Mengapa Tuhan ??? Bisakah Kau membuatku tak lagi perih ???"

Aku ingin jauh dari semua ini, jauh dari negeri ini, jauh dari semua mimpi semu yang diberikan di tanah ini. Mata itu yang tak pernah bisa memandangku dengan utuh, senyum itu yang hanya sebuah goretan lepas tanpa makna, tawa itu hanya pengiring dari candaan lepas tanpa rasa. Dan aku tersiksa di dalamnya. Aku terpaksa menanam cinta itu lagi walau pudar itu telah datang. Aku terpaksa berjalan mengiringinya lagi karena gundahku membuatku tak mampu berfikir.

"Tuhan apa suatu saat dia bisa mengerti perasaanku, Tuhan apakah suatu ketika saat malam, dia termenung dengan tatapan menghadap-Mu dalam sholat malamnya akan mengenang aku ?? Tuhan.... apakah ini jalan yang harus kutempuh dan Tuhan mengapa tiada kering mataku untuk menangisi ketidak berdayaanku untuk mengucapkan isi hatiku kepadanya ?? Tuhan mengapa Kau pertemukan kami saat semua sudah terlambat untukku, di saat aku menanam cinta tanpa tahu siapa yang ia cintai dan aku tak sanggup untuk berhenti mencintainya walaupun langkahku kini berhenti tepat dibelakangnya, melihat punggung bidangnya yang tegap yang terus melangkah bergandengan dengan wanita tercintanya ??? Tuhan kapankah hilang rasa itu, dan kapankah aku dapat menemukan lelaki untuk menggantikannya ??"

Aku menatap langit-langit kamar yang gelap, memutar otak untuk bekerja sewajarnya, tapi aku tahu itu tidak mungkin seperti saat aku bercerita pada Tuhan, mengeluh kepada-Nya....
"Tuhan jangan tinggalkan aku, tegarkan diriku dalam sebaris jalan yang kini kau tunjukkan untukku, entah dipersimpangan mana aku akan menemukan lelakiku, entah disebuah titik yang mana ketika aku melepas lelah ada sebuah wajah yang dapat menyapu
kelelahanku. Tuhan ajarkan aku untuk melupakan semua cerita hidupku, ajarkan aku menghapus memori yang kini membuat dadaku sesak, teramat sesak.... sangat sesak !!!"

"Lupakan.... lupakan.... lupakan.... dan lupakan...." itu kata-kata pengiring hidupku untuk setiap langkah yang kubuat dalam setiap detik kala aku mengingatnya. Tapi setiap aku mengatakan itu hatikupun berteriak..... AKU MENCINTAINYA....

 
Oleh : constantio ketika 7:06 PM
0 Komentar:

Post a Comment

<< Home


 
 

Cerpen Sebelumnya


Copyright by Constantio @ 2005. All Right Reserved