Links

+ Nofriza's Blogger
+ Muslim Blogger Indonesia
+ Koleksi Puisiku
+ Constantio Community
+ Nindiyasari's Personal Website
 

SPONSOR









Powered by Blogger

 
Sunday, June 12, 2005

Kesendirianku Keindahanku

Sikap apatisku kepadanya membuatku yakin atas keputusan yang akan aku ambil, dalam sebuah pertengkaran dan konflik yang kembali terjadi, sebuah dilematis dimana rasa simpatik itu hilang, rasa sayang itu bagai debu yang terbang seiring dengan keinginan kami yang masih ingin lepas.... bebas.... tanpa batas....

Permainan cinta yang ia buat sudah aku ketahui, entah itu sebuah barisan balas dendam yang akan dia luncurkan dimana aku akan menunggu tanggal dimana rudal dendam itu akan meledakkan kepalaku. Dan tanggung jawab, hak dan kewajiban itu sudah sirna seperti kematian rasa ketika kutatap wajahnya, meneropong jauh kedalam sanubarinya adakah namaku disana, hanya sebuah anekdot basi yang kutemukan disana dimana irama lagu yang sama yang membuat bising, membuatku lelah untuk mendengar, membuat aku menyadari aku mencintai kesendirian, aku teramat mencintai kesendirianku, ketidaksiapanku untuk membagi rasa, membagi sebuah asa, menjadi sebuah beban yang menyebabkan otakku lebih tak lagi mampu memiliki kapasitas cukup untuk berfikir keras, dan entah mata itu tak lagi aku rindui ketika menatapku dahulu, mengapa ada rasa benci menyusup mendalam ketika aku mendengar barisan kata-katanya.

"Kamu duduk disini dong sayang, kita bicara." Sahutnya lembut ketika aku menyodorkan kertas dengan aturan, pasal-pasal yang sebenarnya aku malas untuk menyatakannya. Hanya tinggal sebuah keinginan untuk membuat kepastian dalam hubungan ini, walau aku tahu kemana arahnya.
"Disini aja."
"Aku gak ngerti maksudnya apa."
"Tulis aja, apa yang kamu inginkan dari aku, ketidaksukaan kita terhadap pasangan masing-masing." Jawabku dengan senyum hambar. Dan aku siap menulis, padahal aku ingin membuat lembaran itu tetap kosong, seperti kekosongan dan kehampaanku yang aku rasakan.
"Gak ngerti neh, maksudnya hak apa ?" Hah...? dalam hatiku berfikir keras, apakah ini lelaki yang bisa membuatku bahagia dimana dia tak bisa membuat batas antara hak, kewajiban dan tanggung jawab ?

Pertengkaran dimana aku tak akan mengeluarkan tangisan basiku untuk membuat hubungan ini lebih baik, tangisan buaya yang biasa aku luncurkan sebagai senjata untuk membuat dia lemah dan kembali menyadari kesalahannya, tapi kali ini tidak, tidak dan tidak !!! Ketegasanku membuatku lebih lega dengan deretan kata-kata yang mungkin jika aku menjadi dirinya aku akan muak dan akan berlari keluar, meluncurkan motor dengan segenap kemarahanku.

"Kamu marah sama aku ?" Tanyanya dengan tatapan dalam
"Tidak. Untuk apa ?"
"Jangan marah yach."
"Ya udah, sekarang kamu maunya apa ?" Tanyaku dengan ketegaran yang entah dari mana datangnya, karena aku sudah memantapkan diriku. Dan terima kasih Tuhan dengan ketegaran yang dia berikan.
"Jangan bicara seperti itu. Aku binggung."
"Jangan binggung, sekarang aku tanya, kamu maunya apa?"
Dia mematuk-matukkan bolpoint ditangannya dibuku yang aku sediakan untuk tatakan kertas yang kusodorkan tadi. Kulihat ia pun sebenarnya malas untuk melanjutkan hubungan ini, dan aku sudah muak dengan semua aroma yang memenuhi ruangan teras ini, hambar.....
"Aku binggung De, binggung....."
"Binggung pegangan." Sahutku mencoba membuat lelucon yang seharusnya tak kubuat. Akh Tuhan aku lelah, aku tak memandang ia sekalipun ketika ia berujar, dimana biasanya aku akan menatapnya dan terkadang tersipu malu jika tatapan itu membuat aku merasakan sesuatu dari tatapannya dimana aku tak sanggup untuk membalasnya, kemarin, hari ini dan esok.....

"Aku ngenes kalo ngeliat kamu ?"
"Kenapa ?" Tanyaku ketika pertama kali dia datang.
"Ya pokoknya ngenes aja."
"Gak usah kasian sama gue, gue gak perlu dikasihani." Kataku dengan deretan kata-kata lo gue yang kadang membubuhi percakapan kami, yang biasanya kuatur untuk membuat hubungan ini lebih santun, atau aku belajar memanggilnya dengan 'Mas' seperti beberapa hari lalu.
Dan kebulatan tekatku membuatku benar-benar mati rasa, tanpa memikirkan indahnya dulu ia memperhatikanku, menyayangi aku, walau aku tahu itu semua hanya sebuah pura-pura yang dengan bodohnya aku mengikuti itu dengan kebohongan pula dimana aku memiliki beban untuk mencoba memahaminya, mengerti setiap sendi di kehidupannya dan mencoba untuk membalas kasih palsunya.

Maaf untuk semua angkara yang tak ada jalan keluar ini, dan aku keluar dari taman dimana taman itu tak bisa hijau, selalu gersang walau aku menyiramnya hingga aku akan menangis darah untuk mencoba membuatnya subur, dan aku berlalu dari tamanmu, melangkah tanpa menengok kebelakang dan aku ingin bagai angel yang lepas mengepakkan sayap hingga aku lelah dan singgah untuk berhenti mencari indahnya sebuah cinta. dan hari itu kuburanmu telah aku buat, peti dimana sebuah buku yang aku simpan disana, disaat aku lelah membacanya, terengah ketika mengupas walau baru setengahnya, ternyata aku masih ingin sepi.... masih ingin sendiri hingga aku bisa menyadari aku bagian dari tulang rusuk seseorang yang akan menjadi pendampingku selamanya..... sampai aku tersengal dan menghadap sang Pencipta, pemberi semua kerahmatan yang begitu aku syukuri.

 
Oleh : constantio ketika 11:54 PM
4 Komentar:
Blogger constantio said...

This comment has been removed by a blog administrator.

12:39 AM  
Anonymous Anonymous said...

rasanya aku semakin mengenalmu, bait demi bait kuselami setiap kata yang kau goreskan diselembar ini, teruslah berjuang jangan berhanti sebelum sampai keterminal.(beni)

12:52 AM  
Anonymous Anonymous said...

Bagus..Bagus..! Bikin lagi cerita kaya gini yg bikin gue ketiduran 2 jam.. Ciaaoo...

2:52 AM  
Anonymous Anonymous said...

Eh.. Salah ding.. Ketiduran 2 jam setengah.. <..Sial-Siul..> *dmjcnd*

2:56 AM  

Post a Comment

<< Home


 
 

Cerpen Sebelumnya


Copyright by Constantio @ 2005. All Right Reserved